
Bentuk dan letak tapak yang unik, memberikan ide kreatif pada hunian yang berdiri di atas lahan seluas 350 m2 ini. Berbentuk memanjang dengan ukuran lebar yang tidak sama (seperti bentuk trapesium) dan diapit dua jalan (pada sisi lebar), tapak ini berkontur dengan beda ketinggian hampir 2 meter. Rumah ini kemudian didesain dua muka, yang memberikan tampilan eksterior berbeda untuk setiap muka. Sisi depan yang dimaksudkan untuk menerima tamu dihadapkan ke sisi dengan lebar lebih kecil , sementara sisi yang lebih lebar menjadi jalan masuk pemilik (lebih privat). Pengolahan ini seperti ini juga menyesuaikan dengan kepercayaan sejumlah etnis yang mempercayai bahwa sisi belakang harus memiliki lebar lebih besar daripada sisi depan (mengantong).
Bangunan utama diletakkan di sisi panjang, membentuk massa panjang. Dilihat dari sisi depan, bangunan seakan diangkat (sejajar dengan jalan di belakangnya). Bentuknya seperti dua massa geometris yang ditumpuk, dengan penutup berbentuk pelana dengan kemiringan tajam. Massa bagian atas yang ditarik lebih ke muka, memberi karakter unik pada fasade depan.
Lantai dasar diisi dengan ruang yang bersifat publik, sementara kamar-kamarnya (kecuali kamar utama yang dibuat dalam bangunan terpisah) diletakkan di lantai atas. Berderet ke belakang, bangunan dasar ini difungsikan untuk ruang tamu, area tangga, ruang makan dan pantry, serta ruang servis. Di antara area tangga dan ruang makan diberikan sebentuk ruang kosong tinggi (void). Selain menjadi ruang pengalir udara, keberadaannya “memotong” kontinyuitas , sehingga ruang tidak terkesan terlalu panjang.
Dengan ide dasar gaya modern tropis, setiap ruang memiliki bukaan luas. Bukaan besar yang menghadap ruang luar itu juga untuk mengamuflase dimensi ruang, sehingga lebih berbentuk kotak, selain juga berfungsi memasukkan cahaya. Gaya itu juga ditunjukkan dengan penggunaan batu alam dan kayu yang diaplikasikan di lantai dan dinding, serta motif-motif bentuk geometris sederhana yang hadir baik di fasade maupun ruang dalam.
Kamar tidur utamanya dibuat dalam bangunan “terpisah” yang menempel ke dinding yang menyerong lebar ke arah belakang. Sebagai penghubung dengan “bangunan induk” adalah powder room dan foyer dari sisi belakang. Berukuran kurang lebih sepertiga bangunan utama, kedua sisi lebarnya dibuat terbuka ke arah taman. Sisi depan berbatas dengan teras kecil, sementara sisi belakangnya kamar mandi yang seluruh dinding belakangnya dilapis kaca, menjadikan seakan mandi di ruang terbuka. Untuk menjaga privasi dinding paling belakang yang berbatas dengan carport dibuat masif dan cukup tinggi.
Selaras dengan arsitekturnya, desain interiornya bergaris gaya retro. Menarik, sebab gaya yang tren di tahun 1950-1960-an ini acapkali memunculkan bentuk trapesium. Serupa dengan bentuk tapak rumah ini. Penggunaan materi kayu dan rotan serta uplhostery bertekstur kasar hadir di banyak ruang, termasuk di kamar tidurnya, memberi nuansa informal dan cozy. Warna putih menjadi warna utama di hampir semua elemen interiornya, kemudian dikombinasikan dengan warna lain, sebagai aksen. Seperti di ruang tamunya yang dikombinasi dengan warna hitam dan material kayu, tampak kontras dengan hijaunya lansekap di sisi luar. Lain lagi dengan ruang makan dan pantry-nya yang dikombinasikan dengan warna terakota dan perak. Salah satu dindingnya ditempel bilah-bilah kayu berpola vertikal simetris, menjadi latar unik. Sementara itu warna kayu menjadi aksen di kamar tidur utamanya. Material ini juga menjadi pelapis lantainya, sehingga kamar ini terasa hangat. Dinding di latar belakang header diolah unik, berupa guratan tebal dalam pola geometris horisontal, menjadikan focal point kamar ini.
Sumber : Berbagai Sumber